October 24, 2014

Penyangkalan Pesan Para Suci, Bentuk Hipnosis Massal….

Kondisi ini bisa terjadi dan bahkan sangat bisa terjadi. Perhatikan mereka yang sering melakukan kekerasan. Mereka terhipnotis oleh kebenciannya sendiri. Mereka merasa selalu dikejar oleh bayang-bayang ketakutan yang sesungguhnya tidak berdasar. Ketakutan bahwa dirinya tidak dihargai membuat ia berbuat kasar terhadap orang lain. Ia ingin menunjukkan bahwa ia lebih hebat dari orang lain. Kemudian ia berbuat kekerasan pada orang lain agar diakui sebagai jagoan.

Dalam kehidupannya keberagamaan juga seringkali manusia yang berperilaku aneh atau menyimpang. Semestinya agama mengajarkan kelembutan dan kasih sayang, namun jika ada orang yang berperilaku dari ajaran para nabinya, dapat dipastikan ia terhipnosis oleh ketakutannya sendiri. Tiada seorangpun nabi yang mengajarkan bahwa kuantitas umatnya harus banyak. Hanya manusia yang ketakutan lah yang berkepentingan bahwa jumlah massa yang satu keyakinan harus banyak.

Akibatnya, banyak kelakuan yang menyimpang dari visi para suci atau nabi. Para nabi atau para suci menyampaikan berita yang bermanfaat bagi peningkatan evolusi jiwa, bukan untuk kekuasaan dunia. Sayangnya, banyak umat yang mengaku sebagai pengikut nabi tertentu melakukan hal yang bertentangan dengan visinya. Mereka ingin menjadi penguasa dunia. Bukan penguasa diri sendiri. Anjuran untuk menguasai diri di salah artikan menguasai diri orang lain. Menguasai diri sendiri haruslah menjadi seorang manusia yang memiliki kekuasaan sebagai saksi atas pikirannya sendiri.

Apa yang ingin diraih? Menguasai orang lain? Apalah artinya bagi sang jiwa? Bahagia kah sang jiwa bisa menguasai orang lain? Apakah ada manfaat bahwa menguasai orang lain?

Kebahagiaan tidak terjadi karena bisa menguasai orang lain. Seringkali kita tidak sadar bahwa kebahagiaan terjadi saat melihat orang lain tersenyum. Coba perhatikan, saat kita memberikan sesuatu kemudian orang yang menerima pemberian kita tersenyum, kita merasa bahagia.

Dengan kata lain, sesungguhnya kebahagiaan itu terjadi saat kita bisa membahagiakan orang lain. Bukan karena kita bisa menguasai orang lain. Ketika kita merasa bisa menguasai orang lain, sesungguhnya kita terhipnosis oleh kebencian atau kekersan yang ada dalam diri kita. Perbuatan kita yang membuat orang lain menderita adalah bukti bahwa kita diperbudak oleh kebencian diri. Inilah hipnosis ciptaan diri sendiri.

Kita menanamkan bayang-bayang ketakutan sehingga kita berbuat sesuatu yang menyengsarakan orang lain. Kita merasa puas. Inilah penyakit. Seseorang yang bisa merasa puas ketika orang lain menderita berarti menyimpang dari visi para nabi. Para nabi senantiasa menyebarkan kedamaian. Bukan kebencian. So, jika ada orang yang puas melihat orang lain menderita, berarti ia dalam keadaan sakit. Ia terhinosis oleh kebencian dirinya. Ia di bawah pengaruh kebencian ciptaan diri sendiri.

Secara tidak sadar, repetitif dan intensif, dalam diri orang tersebut dibisikkan racun kebencian yang berbungkuskan pembelaan terhadap lembaga agama tertentu. Seakan bisa membela agama. Sedikit yang berani bertanya, apakah para nabi memang menganjurkan untuk membela agama?

Bukankah membela agama berarti menyembah? Bukankah ini sudah melakukan perbuatan yang menyimpang? Menyembah selain Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan tidak memiliki nama sebagai agama. Atau Tuhan tidak sama dengan agama.

Perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh manusia membuktikan bahwa orang tersebut dihipnosis oleh kebenciannya sendiri…

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone