Kebahagiaan terjadi ketika kita bebas dari conditioning masyarakat. Selama ini kita menderita karena diombang – ambingkan oleh pendapat masyarakat. Kita menjadi budak masyarakat. Kita belum seutuhnya menjadi diri sendiri. Kita telah menyerahkan remote kontrol perasaan pada orang lain.
Kita sulit melepaskan diri dari keadaan ini. Mengapa? Karena sejak kecil kita hidup dalam alam jaga. Bukan alam kesadaran.
Alam jaga adalah ketika kita bangun tidur kita melakukan kebiasaan rutin. Mandi atau sarapan tanpa menyadari seutuhnya apa yang kita lakukan. Seringkali kita makan sesuatu yang sesungguhnya tidak membuat badan kita sehat. Kita hanya mengikuti kebiasaan lidah. Pada hal, enak bagi lidah belum tentu sehat bagi tubuh.
Misalnya, kita makan daging. Makan sate atau steak ataupun burger. Karena banyak orang yang makan, kemudian membicarakan bahwa makan daging enak, kita juga ikutan.
Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa daging bukanlah makanan manusia? Coba perhatikan susunan gigi manusia. Hanya ada 2 taring di bagian atas gigi manusia, kanan dan kiri. Bandingkan dengan susunan gigi harimau atau ikan hiu. Seluruh gigi mereka runcing. Dan kita kenal mereka sebagai pemakan daging atau carnivora.
Mereka yang dalam alam jaga, tidak perduli hal ini. Mereka makan karena enak. Itupun seringkali mengikuti pendapat orang.
Lain halnya jika kita makan dengan kesadaran. Kita akan berpikir, apakah makanan ini membuat jiwa saya semakin sehat? Daging tidak menjadikan emosi semakin baik. Karena dalam daging mengandung sifat reaktif hewan. Sifat cepat pemarah dan langsung reaktif adalah sifat hewan. Perhatikan mereka yang cepat marah dan reaktif, kebanyakan pemakan daging.
Ada suatu pengalaman yang menarik. Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu dengan seseorang. Ia bercerita, ketika dahulu tidak makan daging, ia memiliki sifat yang sabar. Sekarang ia makan daging. Dan ia merasakan gampang cepat naik darah. Akibatnya bisa diduga, ia menderita karena diperbudak oleh hawa nafsu amarah. Ia menjadi tidak bahagia.
Seseorang yang tidak bahagia karena ia diperbudak oleh hawa nafsunya. Ia belum menjadi diri sendiri. Ketika seseorang bebas dari nafsu yang memperbudak dirinya, ia bisa merasakan kebahagiaan.
Kebahagiaan sudah ada dalam diri setiap orang. Tidak perlu lagi dicari. Yang diperlukan hanya menyadari. Saat manusia bebas dari conditioning masyarakat sekitar, ia menjadi manusia yang bahagia. Kebahagiaan manusia sesungguhnya tidak bergantung pada pada benda atau keadaan yang sifatnya sementara.
Ketika pikiran kita terbebaskan dari conditioning masyarakat, kita merasakan kebebasan. Dan kebebasan ini membuat pikiran kita ceria. Pikiran yang ceria akan membuat seluruh organ tubuh bekerja dengan normal. Pikiran yang tidak dalam keadaan tertekan atau stress, menjadikan organ tubuh bekerja secara normal.