April 18, 2015

Visi Anak Manusia, Kita dan Persaudaraan Dunia

Manusia yang lahir ditakdirkan untuk mati. Dan di antara jeda itulah manusia hidup sesuai jatah waktu yang ada, yang merupakan sebuah misteri kehidupan.

Setiap tindakan dan langkah hidup manusia itulah yang menentukan kualitasnya. Akan di kenang dengan rasa hormat atau sebaliknya, semuanya waktu yang dapat menjawabnya nanti.

Dan tidak banyak manusia yang memiliki visi dan misi yang besar serta jelas dalam hidupnya. Kebanyakan hanya mengalir menurut kehendak Tuhan, seperti sudah kenal kehendak-Nya saja. Apa benar ?

Visi Anak Manusia

Visi yang besar lahir dari pemikiran yang besar dan tinggi pula. Seperti yang diajarkan oleh Bung Karno,
” Gantungkan cita-citamu setinggi langit, jikapun engkau tidak mencapainya dan terjatuh, setidaknya jatuh di awan.”

Dalam sampul bukunya yang terbaru, “Live Yoga” (www.booksindonesia.com) dari Bapak Anand Krishna ada hal yang menarik sekali tentang sebuah ramalan kuno dari lontar tua dari seorang pembaca garis hidup manusia,

” Proud of his indian roots, Anand. Krishna was. born in Indonesia, which as predicted by the Shuka Nadi (thousands of years old palm leaf oracle) is his Karma Bhoomi (worldfield)”

Sebuah cetak biru kehidupan manusia yang telah tertulis, namun adalah kebebasan manusia itu sendiri untuk menjawab dan mengamini apa yang telah digariskan.

Dan dengan segala energi dan daya upaya yang keras, visi dan misi yang diajarkan telah mewujud dalam setiap pribadi-pribadi yang membuka hati dan dirinya untuk sebuah hal yang besar dan mulia.

Mungkin secara kolektif sebagai suatu bangsa, ajakan yang disampaikan oleh beliau tidak bisa diadopsi dengan baik.
Mungkin penglihatan kita tidak bisa setajam Presiden ke 4 Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur yang berujar — dalam sampul belakang buku Live Yoga — ” If we want to have peace, then we must hear what Anand Krishna is saying.”

Masih ada banyak yang berpikiran sempit dan menyebarkan kesempitan itu pada anak-anak generasi muda bangsa ini. Seperti yang saya baca dari status seorang teman yang berujar,

” Setiap masuk kelas baru selalu diserbu pertanyaan dari murid ” Miss agamanya apa?” Ketika sudah tahu bahwa aku dan muridku seiman, mereka cuma bilang “Oh!” Dan celakalah teman-teman guru lain yang kebetulan beretnis tionghoa dan tak seiman pula. Anak-anak akan dengan pedas berteriak ” Kafir, dong!” .. Egileee.
Darimana anak-anak yang masih bau minyak telon itu belajar menghakimi keyakinan dan ras seseorang?! ”

Kita akan mundur ke belakang ketika karakter-karakter manusia yang ada hanya memikirkan dirinya sendiri, mementingkan kelompoknya sendiri, mengagung-agungkan agamanya sendiri dan memaksa yang lain mentolerir kelakuaannya.

Sriwijaya akhirnya harus terpecah dan hancur karena kehilangan karakter mulianya. Jayanya Sri, jayanya kemuliaan manusia terletak dalam karakternya. Karakter yang memuliakan manusia, mahluk lain dan alam semesta ini.

Inilah ajakan bagi kita semua, ajakan bagi kita yang mempunyai hati dan pikiran jernih untuk menggerakkan kembali roda kehidupan dan kemuliaan bangsa ini yang karatan oleh sifat serakah, keras hati dan hanya mementingkan diri sendiri.

Kita memiliki kekuatan hebat jika tidak terpecah oleh paham-paham sempit yang hanya memecah-belah kita. Mengadu domba seperti masa lalu dari sejarah panjang bangsa ini.

Kini tibalah waktunya bagi kita bergerak ke depan, berkontribusi bagi dunia. Berbagi kedamaian yang ada di hati kita dengan penuh rasa kasih, karena kita semuanya saudara dalam pangkuan Bunda Alam Semesta. Kita semua saudara dalam One Earth, One Sky and One Humankind.

Salam bahagia (Anandam)….

Bukit Pelangi,
Jumat, 17 April 2015

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone