” Try, and you will enjoy it. You will enjoy meeting them, any of them, whether in sorrow, joy, pain or in pleasure. They have been very good friends to me, and I trust they will be your good friends too.”
~ Swami Anand Krishna
( The Mystery of Creator and Creation, 138)
Aku memang tidak lagi muda, sudah berkepala enam. Namun jiwa petualang ini masih saja menyemangati untuk menemukan sesuatu hal baru. Entah apa itu, aku sendiri tidak tahu.
Namun selama ini, lewat segala peristiwa yang terjadi, jatuh bangun dalam suka duka, luka gembira aku meyakini satu hal. Ada sebuah kekuataan dahsyat tidak kasat mata yang akan selalu menuntun hati nuraniku.
Aku tinggalkan Minnesota, kampung halamanku yang bersalju saat Natal lalu menunju Indonesia. Sebuah negeri yang asing namun telah dikenal di luar negeri dengan segala budaya serta keelokan tempat wisatanya, terutama sekali Bali. Pulau yang dahulu kala dipercayai sebagai tempat para dewa bersemayam. Walaupun sekarang kelihatannya para dewa sudah mulai berkurang populasinya disana digantikan pembangunan yang kurang selaras dengan alam. Entahlah!
Mungkin uang telah menggantikan dewa-dewi yang bersemayam serta disembah dengan duka serta bunga.
Aku tiba di Indonesia setelah melepaskan semua tanggunganku, mobil, rumah, serta masa lalu untuk bekerja di sebuah rumah sakit swasta dalam bidang pengembangan sumber daya manusia di bidang medis serta kesehatan.
Dunia pendidikan sangat menarik sekali bagiku walaupun bukan secara langsung bekerja dalam sebuah institusi pendidikan. Disana aku banyak belajar tentang sifat serta karakter manusia. Hubungan-hubungan yang terjadi dalam pekerjaan, antar personal manusia memberikan gambaran kepadaku tentang begitu sulit serta kompleksnya manusia itu.
Manusia bisa menjadi begitu galak untuk sekedar menunjukkan dominansinya terhadap orang dibawahnya, serta dapat begitu mengalah terhadap atasannya. Sebuah seni hubungan yang selalu menguras energi dan membuat manusia cepat sekali mengalami rasa kelelahan, bukan hanya secara fisik namun juga mental emosional.
Namun jika menilai orang lain demikian mudah dan gampang namun ternyata ketika kejadian itu terjadi pada diriku sendiri aku merasa tersesat. Seperti ketika rumah sakit tempatku bekerja belum genap setengah tahun memberhentikan aku dengan sepihak. Aku rasa sedih dan terluka yang mengambang dalam diriku. Ingin rasanya kekecewaan ini aku teriakkan kepada Tuhan dengan sekencang-kencangnya.
“Kenapa Tuhan!! Engkau begitu tega tanpa perasaan!!”
Walaupun aku telah banyak belajar juga tentang ajaran-ajaran Budha, Yesus, Tao dan sebagainya, namun pengetahuan itu ternyata tidak cukup bagiku. Aku kunjungi India selama 3 bulan, tinggal di Ashram Shri Aurobindo dengan segala kegiatan ritual serta segala aktifitas para penghuninya, aku juga ikuti dengan seksama.
******
Hidup memang seperti aliran air di sungai yang nantinya akan bermuara ke laut luas, menyatu dengan samudra raya yang tanpa batas.
Aku adalah pribadi yang meyakini akan energi Ilahi yang mempunyai peranan serta menuntun manusia di dalam pengembaraannya dalam kehidupan ini.
Dan kalau bicara soal kebetulan maka jelas bahwa intervensi Tuhan selalu ada dalam kehidupan manusia. Di saat aku sedang mencari kamus bahasa Inggris-Indonesia, ketika melewati rak buku filsafat tanpa sengaja terjatuh sebuah buku ” The Mystery of Creator n Creation” yang di karang Anand Krishna. Buku bahasa Inggris yang terlihat menarik dengan sampul seorang wanita muda yang terlihat abstrak dengan pernak-perniknya yang terlihat kuno sekali.
Dalam perjalanan pulang ke apartement Shangrila, aku sempatkan membuka-buka buku tersebut. Setelah beberapa lembar rasa penasaran mulai memenuhi benakku. Cerita tentang Manavi, Shreya dan Preya juga Neo yang berdialog dengan si penciptanya, pengarangnya sendiri agak tidak lazim aku dapatkan dalam beberapa buku yang suka aku baca.
Dan yang juga menarik adalah dibagian belakangnya adalah tempat retreat di One Earth, Ciawi.
Ada juga Insitusi Pendidikan Integral One Earth College yang juga menarik perhatianku. Aku berkata pada diriku sendiri, “Aku mesti mengunjungi tempat ini.”
Dan memang benar apa yang aku rasakan sesuai dengan kata hatiku. Waktu pertama aku hadir disana. Meskipun pada awalnya terkena macet di Tol Ciawi jurusan Gadog,Puncak. Namun aku sempatkan mengobrol dengan para relawan dari Anand Ashram waktu itu yang mau ke One Earth juga, untuk melakukan kegiatan rutin Mengajar Anak-anak Kampung serta Terapi Neo Zen Reiki.
Awal pertama datang aku rasakan energi posifit serta keindahan yang melekat dengan kuatnya.
Saat aku hirup udara segarnya dalam-dalam maka aku rasakan sebuah kelegaan serta kenyamanan yang menggembirakan. Berbeda sekali dengan Jakarta yang terlalu padat dan seringkali macet.
“Yah disinilah nanti aku akan menghabiskan hari pergantian tahun kali ini,” batinku merasa senang.
*******
” Saya merasa bahagia sekali malam ini dapat hadir disini. Di tempat yang sakral ini, saya rasakan luapan energi kasih yang begitu melimpah. Saya senang sekali dapat mendengarkan lagu Bhajan tadi. Walaupun tidak mengerti artinya, namun ada keindahan disana.Terima kasih atas kesempatan ini, smoga saya bisa kembali lagi kemari,” ucapku di depan para sahabat yang hadir dalam perayaan ” Old and New”. Aku rasakan air mata haru masih meh menetes di mata ini. Sebuah moment yang tidak terlupakan didalam kehidupanku ini.
Aliran kehidupan masih berjalan. Berkelok-kelok. Kadang tanpa hambatan, namun kadang juga membentur karang. Persinggahan selama 7 hari ini begitu berkesan. Aku temukan sahabat-sabahat baru, sebuah keluarga baru dalam One Earth, One Sky, One Humankind.
Bukit Pelangi, 11 Januari 2016
******
Cerita ini dipersembahkan buat sahabat Amerika, Ibu Laurel Anderson.