October 16, 2009

Obsesi Sang Prabu Dasarata dan Konsekuensinya

Lapisan Kesadaran Jasmani sungguh sangat sulit untuk dilampaui. Sementara ini, percaya tak-percaya, seluruh kesadaran kita terfokus pada lapisan yang satu ini. Dari makan, minum, tidur, sanggama, belajar dan berbisnis, hingga beragama, semua kegiatan tanpa kecuali, terjadi pada lapisan ini. Yang dimaksud dengan lapisan ini bukanlah badan, bukan tubuh, tetapi “perbudakan” pada badan, pada tubuh. Selama hidup di dunia ini kita tidak bisa tidak berbadan, bertubuh. Itu tidak dapat dihindari. Kendati demikian, tidak ada keharusan, tidak ada kewajiban bagi kita untuk membudak pada tubuh. Silakan bertubuh, silakan berbadan, silakan menikmati “kepemilikan”, tapi jangan menjadi budaknya. Jadilah pemilik, the master of your senses, not the slave. Jadilah raja dari panca indera dan pikiran yang kita miliki; janganlah menjadi budak mereka. *1 Mawar Mistik

Obsesi mendapatkan putra

Prabu Dasarata adalah Raja dari Kerajaan Kosala, dengan pusat pemerintahannya di kota Ayodya. Prabu Dasarata mempunyai istri Kausalya dan mereka hidup berbahagia. Sebagai seorang raja sang prabu menginginkan adanya seorang putra sebagai calon putra mahkota yang akan menjadi penggantinya di kemudian hari.

Setelah beberapa tahun tidak berputra, dengan kesepakatan Kausalya, sang prabu mengambil istri kedua, Sumitra, dengan harapan dapat menurunkan seorang putra. Akan tetapi setelah beberapa tahun pun Sumitra pun belum juga dikaruniai seorang putra juga . Atas kesepakatan Kausalya dan Sumitra, sang prabu mengambil istri ketiga Keikayi, putri prabu Keikaya. Prabu Keikaya mengizinkan Keikayi menjadi istri sang prabu, asalkan, putra yang lahir dari Keikayi akan menjadi raja pengganti Prabu Dasarata.

Digambarkan bahwa sang prabu terobsesi oleh kelahiran seorang putra, sehingga janji terhadap Prabu Keikaya pun disanggupinya. Alkisah setelah beberapa tahun, Keikayi pun belum berputra juga. Atas saran Resi Vasishtha, maka sang prabu melakukan tapa dan kemudian melakukan upacara persembahan mohon putra kepada Yang Kuasa.

Konon upacara persembahan sang prabu terkabulkan, dan kepada ketiga isterinya diberikan masing-masing sepiring prasadam, makanan usai ritual persembahan. Sang prabu dan ketiga istrinya dipenuhi harapan akan datangnya kebahagiaan. Sang prabu belum sadar, keinginan manusia itu tidak ada batasnya, setelah selesai keinginan yang satu akan datang keinginan yang lain. Sang prabu juga belum menyadari bahwa dia harus menerima konsekuensi atas pilihan-pilihan hidup yang telah diambil beserta janji-janji yang telah diucapkan sebelumnya.

 

Kebingungan Sumitra

Kala diberikan piring berisi prasadam, Sumitra merenung lama sambil menutup kedua matanya……. “Aku merupakan istri yang berada di tengah. Bila anak istri pertama menjadi raja, mestinya anakku harus ikut mendapatkan kemuliaan bersamanya. Akan tetapi bila nanti anak istri ketiga yang menjadi raja, sesuai janji sang prabu sebelumnya, anakku pun harus ikut mendapatkan kemuliaan juga. Aku bingung harus berdoa bagaimana sebelum makan prasadam tersebut. Aku yakin Kausalya akan berdoa agar anak yang akan lahir menjadi putra mahkota,  bukanlah anak sulung dari istri pertama berhak menjadi raja. Dan, aku yakin Keikayi pun akan berdoa minta putranya menjadi putra mahkota, karena sang prabu telah menjanjikan sebelumnya.”

Konon saat Sumitra berada dalam kebimbangan, makanannya diletakkan di sampingnya ditjotok oleh burung elang dan dibawa kabur terbang ke angkasa. Kala Sumitra sadar, dan membuka matanya, dia melihat makanannya telah hilang dan membuat dia bingung, takut dimarahi oleh sang prabu. Dalam kebingungannya, Sumitra menceritakan kejadiannya kepada Kausalya dan Keikayi. Kausalya memberikan kepada Sumitra separuh prasadam sisa bagiannya, demikian pula Keikayi juga memberikan sisa separuh bagiannya. Konon, itulah sebabnya Sumitra melahirkan putra kembar, Laksmana yang lengket dengan Sri Rama Putra Kausalya dan Satrughna yang lengket dengan Bharata putra Keikayi.

Prabu Dasarata begitu terobsesi dengan keinginan mempunyai putra, seakan-akan setelah mempunyai putra, segala permasalahannya akan selesai. Dalam upaya memenuhi hasratnya sang prabu sampai mengawini tiga wanita, bahkan berani bersumpah dengan entengnya.

Sang prabu telah bersumpah demi alam semesta, akan memenuhi janjinya apabila keinginannya tercapai. Alam semesta, hanya digunakan sebagai alat untuk memenuhi hasrat pribadinya. Pribadinya dianggap lebih penting daripada alam semesta. Apabila Prabu Dasarata sadar, seharusnya sang prabu tidak memaksakan keinginan terhadap alam, justru sang prabu pasrah terhadap Yang Maha Kuasa, apa pun yang terjadi adalah anugerah Yang Kuasa.

Banyak manusia yang menganggap Yang Maha Kuasa sebagai pendukung, pembantu hasrat pribadinya. Kita mengadakan persembahan, puasa, tapa kepada-Nya, agar cita-citanya terwujud. Bukankah dalam keadaan demikian Tuhan hanya digunakan sebagai alat guna memenuhi hasrat pribadinya? Sebetulnya, manusia tersebut telah menuhankan hasrat dirinya. Dia belum mencintai Tuhan, dia baru mencintai egonya sendiri. Otak memang lihai dalam mengelabui manusia.

Ada hal yang terjadi di luar dugaan sang prabu, ternyata Keikayi tidak langsung melahirkan putra. Ternyata akhirnya Kausalya dan Sumitra juga melahirkan putra bersamaan dengan Keikayi. Sang Prabu juga belum sadar bahwa keempat putranya, adalah putra hasil puja, merupakan anugerah Yang Kuasa, mereka punya misi khusus keilahian, mereka tidak begitu terikat dengan keluarga, melainkan terikat dengan Kebenaran.

 

Skenario Alam Semesta

Persoalan keluarga Dasarata inilah yang menjadi sebab awal perang besar dengan para raksasa, sehingga jenis raksasa hampir musnah dari permukaan bumi. Walaupun demikian, kita juga tidak dapat menyalahkan Prabu Dasarata begitu saja. Sudah ada skenario alam, untuk memusnahkan dalam hal ini sub human spesies, para raksasa yang tidak selaras lagi dengan kondisi bumi. Bumi tidak akan mampu menyangga kehidupan manusia, apabila enam milyar manusia saat ini berwujud raksasa semuanya. Raksasa hanya ada pada saat jumlah manusia masih sedikit. Demikian pula binatang raksasa seperti dinosaurus, harus punah karena sudah tidak sesuai dengan kondisi bumi sat ini. Skenario alam harus berjalan, apabila Prabu Dasarata pada saat itu sadar dan dapat menerima keadaannya tanpa putra, maka mungkin akan ada pemeran lain yang akan menurunkan Sri Rama untuk menumpas para Raksasa.

Berterimakasihlah pada alam semesta bahwa kau diberi peranan yang membawakan pujian banyak orang. Kasihanilah mereka yang kurang beruntung, yang tidak mendapatkan peranan sebaik peranan kamu. Dan, dibalik semua itu sadarilah adanya tangan Sang Dalang yang menentukan setap gerak-gerikmu. *2 Reformasi     

Ada beberapa cara alam untuk menyelesaikan permasalahannya. Misalnya Sri Krishna meningkatkan konflik antara Pandawa dan Korawa, sehingga terjadi dua aliansi besar berperang habis-habisan. Konon itu semua termasuk rahasia alam. Profesor Arysio Santos, secara ilmiah membuktikan bencana alam sebagai salah satu skenario alam untuk memusnahkan suatu peradaban.

Setelah mengadakan penelitian ilmiah selama30 tahun, Prof Arysio Santos dalam bukunya Atlantis mengungkapkan bahwa peradaban Atlantis berada di Indonesia. Di Sunda Land. Atlantis terletak di perbatasan tiga lempeng dunia. Pada waktu Zaman Es, permukaan air berada 130 m di bawah permukaan air laut saat ini. Dataran Atlantis merupakan daerah Tropis di Zaman Es. Sebuah wilayah yang sangat luas, Continental Platform, dengan lebar sekitar 200 km menghubungkan banyak pulau dan wilayah Indonesia.

Peradaban manusia pertama yang maju berkembang di Indonesia masa lalu. Ledakan maha dahsyat dari gunung Krakatau sekitar 11.600 tahun yang lalu menyebabkan sebuah gelombang tsunami raksasa yang memporak-porandakan  dan secara permanen merendam dataran-dataran rendah Atlantis, yang menyebabkan ia lenyap ke dasar lautan. Menurut penjelasan para ahli, letusan ini setara dengan 100.000 bom hidrogen yang masing-masing berkekuatan satu Megaton, atau sekitar 10 kali lipat persenjataan nuklir di seluruh dunia. Letusan dahsyat tersebut menciptakan sebuah kawah raksasa selebar 50 km, yang membuka Selat Sunda. Selat ini yang sekarang memisahkan Jawa dan Sumatera.

Letusan dahsyat tersebut juga memicu berakhirnya Zaman Es dengan menutupi kawasan-kawasan benua es dengan lapisan asap tebal yang mempercepat proses melelehnya es dengan meningkatnya penyerapan sinar matahari. Permukaan air laut naik 130 m dan dataran Atlantis tenggelam. Atlantis pertama (Sang Bunda) sekitar 75.000 tahun yang lalu dihancurkan oleh letusan Gunung Api Toba. Sedangkan Atlantis kedua (Sang Putra) sekitar 11,600 tahun yang lalu dihancurkan oleh letusan Gunung Krakatau.

Ada catatan menarik dari buku Atlantis, tulisan Prof. Arysio Santos. Dikatakan bahwa Rahwana, adalah penguasa terkenal dari Imperium Atlantis, dan beribukota di Lanka Pura, Kota Emas, Daerah Sumatera saat ini. Lanka adalah kota yang sangat maju, bahkan perhitungan tanggal yang sekarang berada di Greenwich, pada zaman Atlantis berada di kota Lanka. Simbol seperti salib dengan kepala bulat yang ditemukan di Mesir adalah simbol Lanka, tempat nol, simbol penghitungan waktu. Ketika terjadi bencana hebat, sebagian kecil menyelamatkan diri ke Mesir, India dan Yunani yang menyebut mereka suku bangsa Yavana.

Apakah seperti itu yang disebut pralaya, skenario alam untuk memusnahkan suatu peradaban dan menyelamatkan sebagian kecil untuk memulai peradaban baru. Who knows?

Sesungguhnya alam ini adalah proyeksi dari Keberadaan. Alam ini adalah wujud-Nya. Keberadaan tidak bertindak semena-mena, menjungkir balikkan hukum alam untuk menghukum manusia. Profesor Arysio Santos, mengungkapkan bahwa bencana hebat adalah akibat dari pergeseran lempeng bumi yang mengakibatkan aktifnya gunung-gunung berapi. Pergeseran lempeng bumi pun dipercepat dengan tindakan-tindakan manusia yang tidak selaras dengan alam. Global warming adalah contoh nyata hasil dari tindakan-tindakan manusia yang tidak selaras dengan alam.

 

Kecemburuan Keikayi

Ketenangan istana Ayodya, terkoyak saat Sri Rama akan dinobatkan sebagai putra mahkota calon pengganti raja.

Rasa cemburu adalah musuh utama kita. Terdorong oleh rasa cemburu, manusia bisa saling membunuh, saling menjatuhkan. Rasa cemburu membuat kita lupa akan segala kenikmatan yang sudah kita miliki. Kita lupa akan berbagai berkat yang sudah kita nikmati. Sudah memiliki kesehatan, sudah memiliki pekerjaan tetap, sudah ada tabungan di bank, keluarga pun oke-oke, apa lagi? Tidak, kita tidak puas. Melihat kendaraan milik tetangga yang lebih keren dari kendaran kita, kita merasa cemburu. Ada kalanya rasa cemburu kita meningkat menjadi organized jealousy, kecemburuan yang terorganisasi; lalu kita meluapkan amarah yang dilandasi oleh kecemburuan terorganisir itu, dengan berani karena kita berada dalam gerombolan. Ketika suatu institusi merasa cemburu terhadap institusi yang lain, jealousy pun terorganisasi. Inilah organized atau institutionalized jealousy. Kecemburuan merampas akal budi kita, mengacaukan pikiran kita, membuyarkan pandangan kita, dan hilanglah kemampuan kita untuk membedakan yang tepat dari yang tidak tepat. * 1 Mawar Mistik

Mantara yang bungkuk badannya, adalah sahabat sekaligus dayang Dewi Keikayi. Dia mulai menebarkan racun ke dalam diri Keikayi. “Gusti Ratu Keikayi, mengapa penobatan Sri Rama nampak tergesa-gesa dan dilakukan saat Bharata sedang pergi ke sanak familimu, keluarga Keikaya? Dewi Kausalya ingin menyingkirkan putramu. Dan ingat begitu Sri Rama dinobatkan maka, kedudukan Kausalya akan terangkat dan dapat mengusirmu, yang merupakan madunya, hal tersebut hanya menunggu waktu saja.”

“Sri Rama takut dengan Bharata, bukankah orang takut dengan ular, sehingga ular dibunuh? Rama juga manusia, pada waktunya dia akan membunuh anakmu yang merupakan saingannya dalam memperoleh tahta kerajaan. Bukankah Prabu Dasarata pernah berjanji dengan Ayahanda Gusti Ratu, agar putra Gusti Ratu yang akan menjadi putra mahkota? Bukankah Gusti Ratu juga pernah menolong sang prabu dalam peperangan sehingga nyawa sang prabu selamat, sehingga sang prabu bersumpah akan memenuhi permintaan Gusti Ratu? Mintalah Bharata dinobatkan sebagai putra mahkota dan Sri Rama menjalani hidup di hutan selama 14 tahun, agar tidak mengganggu penobatan Bharata……”

Berhati-hatilah memilih sahabat. Pengaruhnya sangat besar. Pada akhirnya Keikayi terpengaruh dan minta Prabu Dasarata mengangkat Bharata sebagai putra mahkota dan meminta Sri Rama menjalani hidup di hutan selama 14 tahun.

Pergaulan buruk, tidak baik dan tidak menunjang kasih tentu saja “tidak menciptakan” hawa nafsu, amarah dan keterikatan, tetapi hanya “membangkitkan”. Berarti bahwa hawa nafsu, amarah dan keterikatan itu sudah ada di dalam diri manusia. Pergaulan yang tidak menunjang kasih hanya menjadi trigger, pemicu. Seperti halnya seorang pecandu, jangan harap bisa bebasa dari kebiasaan itu. *3 Narada Bhakti Sutra

Kesedihan Prabu Dasarata

Prabu Dasarata, sangat marah terhadap permintaan Keikayi, tetapi dia telah kalah janji. Adalah pantang sebagai seorang raja menarik sumpah yang telah keluar dari mulutnya. Sang prabu semakin bersedih, kala Sri Rama mendengar hal tersebut dan mematuhinya. Kekecewaan semakin menggerogoti dirinya. Dan ………………. tiba-tiba sang prabu teringat kejadian semasa sang prabu masih muda………………….

Pada saat Prabu Dasarata masih muda dan belum menikah, ia suka berburu dan memiliki kemampuan untuk memanah sesuatu dengan tepat hanya dengan mendengarkan suaranya saja. Pada suatu malam,  Dasarata berburu ke tengah hutan. Di tepi sungai Sarayu, ia mendengar suara seperti suara tegukan leher gajah yang sedang minum. Tanpa melihat sasaran ia segera melepaskan anak panahnya. Namun betapa terkejutnya Dasarata, karena tiba-tiba dia mendengar suara manusia mengaduh.

Saat dia mendekati, dasarata melihat seorang pertapa muda tergeletak tak berdaya. Pemuda tersebut bernama Srawana. Ia mengumpat Dasarata yang telah tega membunuhnya tanpa kesalahan apapun yang dibuatnya. Sebelum meninggal, Srawana menyuruh agar Dasarata membawakan air ke hadapan kedua orang tua si pemuda yang buta dan sudah tua renta. Dia pergi ke sungai untuk minum air dan mengambilkan air bagi kedua orang tuanya. Dasarata menjalankan permohonan terakhir tersebut dan menjelaskan peristiwa yang terjadi kepada kedua orangtua si pemuda. Dasarata juga meminta ma’af di hadapan mereka.

Setelah mendengar penjelasan Dasarata, dengan sedih kedua orang tua tersebut menyuruh Dasarata agar ia mengantar mereka ke tepi sungai untuk dapat meraba jasad puteranya yang tercinta untuk terakhir kalinya. Kemudian, mereka minta Dasarata mengadakan upacara pembakaran mayat yang layak bagi puteranya.

Karena rasa cintanya terhadap sang putra, mereka berdua melemparkan diri bersama-sama ke dalam api pembakaran. Sebelum melompat, ayah si pemuda menoleh kepada Dasarata dan berkata bahwa kelak pada suatu saat, Dasarata akan mati dalam kesedihan karena ditinggalkan oleh puteranya yang paling dicintainya.

Dasarata merasa bersalah atas kepergian Sri Rama selama 14 tahun di hutan, sang prabu juga kurang setuju bila Bharata yang akan dinobatkan sebagai putra mahkota. Sang prabu juga begitu marah terhadap Keikayi, tetapi dia sudah kalah janji. Terjadi konflik batin yang sangat besar dalam dirinya. Air matanya tidak hanya mengalir keluar, akan tetapi air mata kesedihan tersebut melukai hati nuraninya di dalam tubuh, sehingga sang prabu sakit parah.

Setiap pikiran dan setiap perasaan ibarat makhluk-makhluk kecil yang membentuk kepribadian kita. Kepribadian kita terbentuk oleh gugusan pikiran, perasaan, angan-angan, impian, ingatan dan materi-materi lain sebagainya. Selama pikiran dan perasaan itu hidup berdamai di dalam tubuh, kita sehat. Ketika terjadi konflik di antara mereka, tubuh jadi sakit. Karena itu, terjadinya konflik-konflik ini yang mesti dicegah. *4 Fear Management  

Pada akhirnya Prabu Dasarata meninggal karena kesedihannya. Bharata juga tidak bersedia menjadi raja, dia ke hutan mencari Sri Rama, mohon agar Sri Rama bersedia menjadi raja. Sri Rama menolak karena mempunyai tugas ilahi yang harus diselesaikannya. Bharata pulang dan tetap menganggap Sri Rama sebagai raja. Secara simbolik, dia menempatkan sandal Sri Rama di atas tahta, dan dia memerintah kerajaan atas nama Sri rama, dan setelah Sir Rama selesai dengan tugasnya, dia akan menyerahkan kekuasaan kepada Sri Rama.

 

Without Action You Aren’t Going Anywhere

An ounce of practice is worth more than tons of preaching. Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah.*5 be The Change

Banyak hikmah diambil dari kisah Prabu Dasarata, akan tetapi tanpa praktek, tanpa tindakan nyata, pengetahuan tidak akan bermakna.

Hanya pengetahuan saja tak membantu. Kita harus tahu tentang Kebajikan, Kebenaran. pengetahuan belaka tak berguna. Kebajikan harus dilakoni, Kebenarana harus digapai.*6 Bagimu Ibu Pertiwi

Bicara memang mudah. Melakoni sesuatu memang tidak mudah, tetapi apa arti sesuatu yang hanya dibicarakan, dan tidak dikerjakan, tidak dilakoni? Kita boleh bicara tentang keamanan bagi semua, keadilan dan kesejahteraan bagi semua, kedamaian dan kebahagiaan bagi semua, kenyataannya apa? Kita masih saja memikirkan kepentingan kelompok dan kepentingan partai di atas kepentingan umum. Bundelan buku di atas seekor keledai, kata Imam Ghazali, tak mampu mengubah keledai itu menjadi seorang cendekiawan. *5 be The Change

Terima Kasih Guru, telah banyak sahabat-sahabat seperjalanan dalam meniti ke dalam diri. Telah banyak sahabat-sahabat yang sadar dan cinta kepada Ibu Pertiwi. Telah banyak sahabat-sahabat yang sadar betapa gentingnya kondisi Tanah Air dari bahaya disintegrasi.  Mari bersama, bersatu padu menyebarkan virus kesadaran, virus kecintaan terhadap Ibu Pertiwi. Namaste. Aku bersujud pada Dia yang bersemayam dalam diri-Mu.

*1 Mawar Mistik         Mawar Mistik, Ulasan Injil Maria Magdalena, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

*2 Reformasi               Reformasi, Gugatan Seorang “Ibu”, Anand Krishna, PT Grasindo, 1998.

*3 Narada Bhakti Sutra                Narada Bhakti Sutra, Menggapai Cinta Tak Bersyarat dan Tak Terbatas, Anand Krishna, Gramedia Pustaka Utama, 2001.

*4 Fear Management FEAR MANAGEMENT, Mengelola Ketakutan, Memacu Evolusi Diri, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.

*5 be The Change        Be The CHANGE, Mahatma Gandhi’s Top 10 Fundamentals for Changing the World, Anand Krishna, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

*6 Bagimu Ibu Pertiwi Bagimu Ibu Pertiwi, Realisasi Nilai-Nilai Luhur Bhagavad Gita Demi Kebangkitan Jiwa Indonesia, Anand Krishna, One Earth Media, 2005.

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

Oktober 2009.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone