April 8, 2009

Bertindak Penuh Kesadaran

Dalam perjalanan Kereta Api Kamandanu dari Semarang menuju Jakarta, terjadi percakapan antara seorang anak remaja dengan ayahnya. Penyejuk udara kereta yang dingin membuat para penumpang tertidur dalam selimut yang tebal dan tidak peduli dengan film bagus di televisi yang terletak di depan gerbong. Percakapan mereka juga tertutup oleh suara roda kereta yang beradu dengan sambungan rel dan gerakan-gerakan kereta yang kadang-kadang meliuk-liuk dan memunculkan ritme bunyi tersendiri.

Sang Ayah: Anakku, kemarin Papa berbicara dengan teman yang berhasil menghentikan kebiasaan merokok. Setiap pecandu yang ketagihan mengatakan betapa sulitnya mengatasi kecanduan. Tubuh tidak lagi menginginkannya, tetapi dia tidak dapat melepaskannya. Ingatan dan hasrat atas sesuatu yang dicandu masih ada. Bentuk pikirannya masih tetap hidup dan menunggu untuk diaktifkan.

Sang Remaja: Teman saya bercerita bahwa ayahnya berhasil mengalahkan ketagihan merokok, setelah dokter memvonis, berhenti merokok atau siap diserang stroke sewaktu-waktu. Dan dia mewanti-wanti  teman saya untuk tidak mencoba merokok.

Sang Ayah: Terbentuknya synap saraf otak baru, disebabkan oleh perhatian pada suatu rangsangan atau stimulus, dan pengulangan atau dimunculkannya stimulus tersebut berulang kali. Dengan begitu terbentuklah sirkuit synap-synap saraf yang lebih permanen, stabil, dan sulit dihilangkan. Inilah yang disebut ‘mind’. Ia diperbudak oleh ‘conditioning mind’ tersebut dan tidak bebas lagi untuk mengekspresikan dirinya. Untuk berhasil mengobati kecanduan, ‘conditioning mind’  harus diubah. Untuk menjadi bahagia dan bebas dari kecanduan, si pecandu harus belajar memusatkan pikiran pada gambaran yang jelas, yang intens dan yang detail. Perubahan dapat dilakukan jika seseorang  menggunakan kekuatan pikirannya untuk melepaskan diri.

Sang Remaja: Maksud Papa, ayah teman saya telah membuat gambaran pikiran baru yang dapat menghentikan kebiasaan merokok dan dia berhasil?  Jadi menurut Papa untuk menghentikan kebiasaan merokok seseorang harus berusaha menjaga kesadaran dalam dirinya bahwa merokok itu tidak baik dan kebiasaan tersebut dapat dihentikan. Itukah sebabnya kita perlu latihan rutin meditasi yang akan mengantar kita pada penemuan jati diri. Latihan-latihan meditasi akan membebaskan manusia dari ‘conditioning mind’ yang telah membelenggu jiwanya?

Sang Ayah: Sebetulnya kebiasaan merokok itu hanya salah satu dari ‘conditioning mind’.  Manusia yang serakah, berbudaya tak kunjung cukup, keadaannya sama dengan orang yang kecanduan obat-obatan. Ketagihan oleh narkotika atau oleh uang, seks, game, internet  dan lain-lain, mekanismenya sama : dosisnya harus bertambah terus. Bahkan ‘property addict’  mekanismenya persis sama dengan ‘narcotic drug addict’.

Sang Remaja: Papa, apakah berdoa atau afirmasi sebelum dan setelah melakukan tindakan, misalnya mengucapkan ‘Bismillah hirrohman hirrohim’. Mengucapkan ‘Om’, Membentuk gerakan salib di badan, sesungguhnya mengingatkan kita untuk selalu berada dalam ‘kesadaran’ sebelum dan sesudah melakukan tindakan? Ritual agama sebetulnya mempunyai makna yang dalam…….

Sang Ayah: Benar anakku. Banyak sekali tindakan kita yang dilakukan tanpa kesadaran. Pada waktu kita terbelenggu amarah, pada waktu kita terobsesi oleh nafsu, kita bertindak tanpa kesadaran, melalaikan hukum sebab-akibat, melalaikan pikiran jernih. Marah kalau memang diperlukan, lakukanlah dengan penuh kesadaran!

Sang Remaja: Itukah sebabnya pada waktu melakukan sambutan selalu dimulai dengan kata ‘Assalamualaikum, Salam Sejahtera, Namo Buddhaya, Om Svastyashtu’?

Sang Ayah: Benar anakku, bahkan Selamat Pagi, ‘Sugeng Enjang’ berniat menyadarkan kita tentang keselamatan dan keadaan saat itu. Itu sebuah afirmasi penuh kesadaran kalau dimaknai dengan benar. Bahkan ucapan ‘Terima Kasih’, bermakna menerima pemberian, menerima keadaan dan memprosesnya dalam diri dan mengungkapkan keluar dengan penuh Kasih.

Sang Remaja: Terima Kasih Papa. Dalam buku ‘The Secret’ disebutkan Pikiran adalah energi yang terpancar melalui gelombang otak. Berdasarkan penemuan-penemuan dalam Fisika Kuantum, semua bentuk materi dan energi tertarik pada apapun yang memiliki sifat getaran yang sama. Dengan menerapkan prinsip ‘Law of Attraction’, gaya tarik menarik, seseorang bisa menarik segala sesuatu dengan fokus terus menerus, baik secara sadar atau tidak sadar. Ritual agama seperti berdoa atau afirmasi sebelum dan sesudah melakukan tindakan akan menarik kesadaran serupa. Luar biasa………

Sang Ayah: Pemahaman ini adalah karunia Guru, walau bagaimanapun dan  Guru berada dimanapun, beliau telah membuka pemahaman di dalam diri. Diri kita tidak dapat dipisahkan dengan Guru, Guru telah kita tempatkan dalam hati nurani kita. Terima Kasih Guru.

http://www.anandkrishna.org/oneearthmedia/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

April 2009.

Share on FacebookTweet about this on TwitterShare on Google+Email this to someone